monolog
Putu
Wijaya
ADEGAN
SATU PENGACARA MUDA YANG GAGAH DAN
PARLENTE ITU MENDEKATI BAPAKNYA, PENGACARA SENIOR, YANG TERBARING SEKARAT. Selamat malam. MEMBERI ISYARAT SUPAYA ZUSTER YANG MENUNGGUI
BAPAKNYA PERGI. KEMUDIAN DIA MENDEKATI TEMPAT TIDUR.
Aku
datang bukan sebagai putramu. Aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan
di negeri yang sedang kacau ini Aku
tidak tahu apa yang dikatakan oleh para founding father itu, kalau mereka masih
ada sekarang. Dulu tidak ada yang perlu diragukan.
Sudah jelas siapa yang kita
hadapi dam kita tahu betul apa yang kita mau. Tidak perlu ada pembahasan yang
membuat kita masuk ke dalam lingkaran setan dan akhirnya puluhan tahun berjalan
di tempat. Bahkan boleh dikatakan mundur. Di segala lini terjadi
kemerosotan. Sekarang jadi absurd.
Kompleks. Banyak hal memang mesti
berbeda dan akan terus berbeda, karena kodratnya memang begitu. Mustahil untuk
dipertemukan.
Kita
mesti menerima kenyataan. Tapi kita juga tidak bisa menghentikan kebiasaan bermimpi,
sebab itu juga bagian dari kenyataan. Bahkan yang paling nyata dari semua
kenyataan adalah mimpi, karena itu yang lebih banyak kita lakukan. Satu orang
bermimpi tentang persatuan membuat dia menjadi pahlawan dalam sejarah. Tapi
kalau satu bangsa? Kalau satu satu bangsa semuanya mimpi, kita akan masuk
lubang hitam terbelit kesulitan besar seperti sekarang. Tapi apa boleh buat. Itulah kenyataan DUDUK. TERMENUNG
Aku
tidak ingin menentang apa-apa. Kenapa harus menentang? Tidak, aku tidak ikut
bermimpi. Setidak-tidaknya aku menolak ditulari virus ganas itu. Aku menyimpan
satu pertanyaan, yang kutanyakan setiap detik di dalam hidupku. So what?
SENYUM.
Aku
tidak datang sebagai putramu. Aku hanya partikel kecil dari sebuah mekanisme
mesin raksasa. Maaf inu bukan promosi, tetapi fakta konktrit. Kenyataan
berkata: akulah harapan itu sekarang. Kau fenomena 4 zaman yang selalu
mengajarkan aku supaya menerima kenyataan, ini hasilnya, akulah ujung tombak
pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini.
TERSENYUM
Kita
sudah menyelusuri Eropa. Membongkar apa yang sudah dikatakan oleh para filsuf
Yunani dan kemudian Jerman, Prancis. Kita sudah menempelkan pikiran-pikiran
Nietzche, Karl Marx, Machiavelli, Freud, Derida, Fucou dan lupa bahwa kita
sebenarnya punya seorang pengacara muda yang ambissius tapi praktis dan
memiliki impian yang benar-benar dibutuhkan oleh negerinya sekarang.
Cirendeu
1-3-03
Ini Termasuk naskah monolog pendek...silahkan didownload jika menarik..