RSS

Menginginkan
Mempernahkan
Mengalami
Melatihkan
Mempelajari
Mencari

ATAS NAMA BANGSA


Atas nama bangsa,
Mereka bernyanyi nyanyian penghibur harapan
Diiringi bunyi ribuan padi dimusim panen,
Diiringi tabuhan halilintar dan Guntur
Diiringi gemericik air hujan dan riuh dedaunan pohon
Dikelilingi dentuman demi dentuman…
Atas nama bangsa,
Ketika sejarah mengulang disegenap raga dan nilai patriotisme
Ketika perjuangan mengumandangkan dendang perlawanan
Terdengar teriakan gelora dan semangat

“Merdeka….merdeka…merdeka…..”
Teriakan kata yang menggentarkan para penjelajah bumi dan penguasa bumi
          Yang membangunkan segala macam mahluk yang tertidur pulas
Atas nama bangsa,
Mereka berjalan menuju sinar harapan
Sinar Harapan yang akan menyisakan kegembiraan
yang akan menyisakan tangisan bagi ibu, istri, suami dan anak
yang membawa damai baru bagi penghuninya
yang menunjukkan lelah tiada tara dan tak kunjung henti
Senantiasa bergerak, dan bergerak
          Menjelang fajar esok yang cerah
Atas nama bangsa,
Mereka mengatasnamakan hidup
Hidup bagi putra putrinya
Sehingga mereka dapat tersenyum dan tertawa dalam pelukan bumi….
Atas nama bangsa,
Sekarang mereka menangis,
Harapan mereka kandas ditengah para penguasa baru
Sekarang harapan itu hanyalah sebuah perahu yang terombang-ambing di laut lepas
Perahu yang sudah ditinggalkan kapten dan awaknya
Menanti kerapuhan yang datang perlahan-lahan
Dan meninggalkan nama yang tak berbekas
Atas nama bangsa,
Sekarang mereka menangis,
Putra putrinya pun menangis
Mengingat masa yang terlupa semena-mena
Atas nama bangsa,
Putra putrinya meronta-ronta
Putra putrinya berteriak, “wahai…wahai kamu, Singgasana!”
Seperti tiupan angin kencang yang telah menyapu bumi
Sekarang para penakluk bangun dari tidur siangnya…
          Para penakluk tertawa….para penakluk berjingkrak-jingkrak kegirangan
“ha..ha..ha…ha..ha..ha..ha..ha..ha..ha..”
Para penakluk hanya berseru, “mereka hanya hujan rintik-rintik!”
Atas nama bangsa,
Putra putri bernyanyi
Mencoba menyanyikan nyanyian yang sudah lama terdengar
“mereka…mereka…mereka…mereka..”
sungguh, Ibu pun menangis….
Putra putrinya telah kehilangan huruf
Sekarang nyanyian baru terdendangkan…
“mereka merdeka….merdeka mereka….mereka merdeka…merdeka mereka…”
Atas nama bangsa,
Mereka terdiam,
Seperti seorang bayi yang ditimang ibunya
Bait-bait itu telah berganti
Irama-irama itu telah berubah
Tak ada lagi bunyi padi, halilintar dan Guntur
Tak ada lagi riuh pepohonan
Atas nama bangsa,
Mereka meronta lagi
Mereka mencoba bernyanyi…
“mereka…mereka…mereka…Singgasana”
nyanyian harapan itu telah menjadi nyanyian sunyi nan sendu