RSS

Menginginkan
Mempernahkan
Mengalami
Melatihkan
Mempelajari
Mencari

TRik

TRIK
monolog oleh: Putu Wijaya

(khusus untuk Peksiminas 10 naskah bisa diketatkan sampai 30 menit)

Aku ditanya oleh seseorang, apakah kau masih bangga menjadi orang Indonesia? Tanpa berpikir lagi aku menjawab, singkat, tegas lugas.
Tidak.
Ah, Apa? Bangga atau tidak?
Aku ulangi menjawab lebih pasti:
Tidak!
Ada wartawan, entah karena kurang sumber berita, entah karena halaman korannya kurang iklan, entah karena mau cari gara-gara, supaya bisa merebut perhatian pembaca, mencegatku ketika pulang dan bertanya: Ada kabar burung, apa betul Ente tidak bangga lagi menjadi orang Indonesia?
Tidak menunggu lagi dia mengulang pertanyaannya, aku jawab secara jantan: tidak! Dan ketika dia mengulangi pertanyaannya untuk meyakinkan aku, apa sebenarnya inti dari yang ditanyakannya, aku tak menunggu lagi dia komplit bicara. Langsung saja kusergap: tidak, tidak dan tidak! Wartawan itu manggut-manggut sambil tersenyum.
Nampaknya jawaban itu benar-benar memuaskannya. Sebab sesudah itu dia tidak bertanya lagi. Tanganku dijabat dan diguncang-guncangnya, sambil berbisik: Dari semua orang yang sudah aku wawancarai, hanya kau yang bisa menjawab dengan cepat, sederhana tetapi jelas. Yang lain berpikir dululama, seringkali menyanyi ke Barat ke Timur, mengutip berbagai ucapan orang lain, lalu
menjelaskan sejarah, antropologi, sosiologi, psikologi, filsafat, tetapi akhirnya mengembalikan pertanyaan itu kepadaku: Pendapat Anda sendiri bagaimana?
TERTAWA
Maaf. Bukan aku yang ketawa, tapi wartawan itu. Dia memotretku lalu memberikan aku kartu nama sambil minta alamatku. Terpaksa aku menjelaskan di mana aku tinggal. Kalau ditulis alamatku panjang sekali, lebih merupakan petunjuk belok kanan dan belok kiri digang-gang yang berbelit seperti cacing.Itulah yang kemudian jadi perkara besar. Pak RT dan Pak RW datang ke rumahku. Semula kukira kedatangan mereka untuk mengusut perkara gossip yang sudah santer tersebar, bahwa aku pernah mengintip anak Pak RW mandi.Aku sudah siap dengan penjelasan bahwa itu bukan kesengajaan tapi kecelakaan. Maksudku aku tidak sengaja membuka jendela ketika diundang ke rumah seorang teman yang rumahnya berlantai tiga di samping kediaman Pak RW. Karena AC di kamar freonnya habis, aku kegerahan dan membuka jendela. Tidak tahu anak Pak RW sedang mandi di kamar mandinya yang terbuka karena atapnya sedang direhab.
Terus-terang aku sempat tertegun sampai 10 menit. Tapi apa salahnya? Bukan hanya laki-laki suka mengintip, perempuan juga. Aku hanya mau blak-blakan saja. Ada orang tertegun sampai satu jam. Dalam keadaan terkejut, ketika kita tertegun, waktu berjalan relatif tidak menghitung, bahkan waktu bisa tidak bergerak. Tapi baiklah, kalau itu memang dianggap sebagai kesalahan, aku bersedia minta ampun. Atau apa pun. Tapi yang jelas, tidak mungkin untuk membatalkan apa yang sudah kulihat. Manusia bukan komputer yang ingatannya bisa dighapus.
KETAWA
Kalau ini, aku sendiri yang ketawa mekipun hanya di dalam hati. Bukan ketawa mengejek atau ketawa jahil. Bukan ketawa politik seperti para pemimpin itu. Juga bukan ketawa kemenangan sebab barangkali hanya aku yang baru pertama kalinya melihat anak Pak RW telanjang bugil. Yang bener saja. Tidak ada orang mandi yang tidak telanjang.
KETAWA LAGI
Maaf! Aku ketawa sebenarnya karena aku kecewa. Kenapa aku, bukan orang lain yang melihat itunya mekipun indah tapi sedikit besar sebelah. Kalau boleh memilih lagi, lebih baik aku tidak pernah melihatnya telanjang. Sebab akibatnya sangat berat. Sejak kejadian itu, setiap kali dia lewat, apa pun pakaiannya, di mataku dia terus saja telanjang bugil. Bayangkan, apa itu bukan siksaan?
MEMUKUL SESUATU MEMBUAT BUNYI.
Dengan segala hormat, tanpa mengurangi rasa terimakasih kami terhadap Anda yang sudah jadi warga yang baik di lingkungan pemukiman kita ini, kami minta dengan segala kerendahan hati kami, supaya Anda kembali ke tempat asal Anda!. Itu suara Pak RW. Sopan tetapi seram. Aku jawab.Lho kenapa, tanyaku, pura-pura tidak tahu, padahal sebenarnya malu, sebab kukira masih tetap soal inti-mengintip itu. Ternyata bukan.
MENUNJUKKAN SURAT KABAR
Beliau menunjukkan surat kabar yang memuat fotoku dan pernyataanku bahwa aku tidak bangga menjadi orang Indonesia.


Silahkan download selengkapnya jika naskah monolog ini menarik hatimu...