Sebelum
Gerimis Tiba
Oleh: Endik Koeswoyo
Hari ini, ketika langit sedikit redup
dengan awannya yang menutup sebagian sinar matahari, Dita memilih diam sambil
menatap lalu-lalang teman-temannya yang hendak segera pulang. Dinding kantor
satpam kecil itu menjadi pilihannya untuk bersandar sambil menuggu jemputan.
Beberapa teman yang menyapanya hanya diberikan sahutan kecil, senyum atau
anggukan kepala.
“Dit, gue anter yuk!” Yogi tersenyum manis
di atas motornya.
“Makasih deh Gi, gue nunggu nyokap aja!
Udah janji nich!” Dita memandang alroji kecil kesayangannya.
“Serius nggak mau gue anter?” Yogi
menawarkan untuk kedua kalinya.
“Iya, makasih.” Dita tersenyum kecil.
Yogi membalas senyuman itu sambil berlalu,
meningglakan Dita yang masih bersandar pada posisi yang sama. Sesaat kemudian
suasana hening, hiruk-pikuk itu telah lanyap seakan di telan bumi hanya dalam
hitungan menit. Tidak ada lagi tawa, tidak ada lagi deru kendaraan juga tidak
ada sapaan yang didengarnya. Dita bertahan dengan kesendiriannya. Pak Karmin
satpam sekolahan itu tampak